Friday 15 July 2011

Yono's Tailor







Yono Tailor
Hari ini Jumat 15 July 2011 ,
Keinginan untuk foto tidak lagi terbendung, sore tiba dan aku pun memakai tas ransel yang berisi kameraku untuk foto ‘human interest’,
Human interest sendiri
merupakan foto dimana menjadikan manusia sebagai objek foto, dengan menampilkan figure, dan emosi senang , sedih , marah, gundah dan lainnya sebagai pesan dari foto.
Tujuan foto hari ini untuk kembali mengasah naluri dan intuisi, sekaligus menghilangkan jenuh akibat libur yang berkepanjangan. Selain itu juga untuk mencari tempat foto baru dan berteman dengan orang-orang yang baru.
Sebenarnya lokasi tujuanku adalah tempat di mana sedang di bangun ruko-ruko di tanah lapang yang sekaligus bersebelahan dengan kampung warga. Namun ketika sampai di lokasi, tempat tersebut sudah ditutup, dan jalannya di tutupi dengan batu-batuan kali yang cukup besar, yang mungkin bisa membuat saya jatuh bersama sepeda motor saya bila memaksa masuk.
Rasanya bingung sekali, lokasi yang sejak awal sudah di tentukan, ternyata tidak bisa di gunakan. Alhasil, aku berkeliling di sekitar daerah situ, masuk ke jalanan kampung, mencari orang-orang yang mungkin bisa ku foto.
Jalanan kampung biasanya suka tembus ke jalan lain. Dan ya , itu terjadi. Ternyata jalanan yang kulalui tadi membawaku ke jalanan menuju lapangan badminton ‘Gang Macan’. Karna tidak mungkin aku foto di sana, maka aku jalan menuju daerah pasar Guna Karya, di dekat lokasi tersebut.
Awalnya aku bertujuan ke daerah sekitar pasar. Mencari momen dan berkenalan dengan warga sekitar. Di daerah pintu masuk pasar, kulihat ada seorang bapak yang sedang menjahit di tokonya. Aku sempat melewati toko tersebut, kemudian naluriku seolah memintaku untuk kembali ke toko jahit tadi dan memulai foto hari ini di sana.
Dengan pendekatan dan sapaan yang sopan, aku mulai berkenalan dengan Pak Yono dan anak laki-lakinya. Pak Yono sangat ramah, perawakannya tinggi, berpakaian rapih dengan kemeja dan celana bahan. Ia juga sangat enak di ajak ngobrol. Anaknya berbeda, lebih pendiam dan tidak banyak bicara, namun mewarisi sifat ramah dari ayahnya.
Perkenalan kami ternyata membawa kami menuju suatu keakraban sendiri. Pak Yono suka bertanya kepada saya tentang hobby fotografi saya, kuliah saya dan ia juga menceritakan suatu cerita yang cukup mengejutkan saya.
“Pas saya bersama keluarga kemarin ke Ragunan” ia mulai bercerita.
“Di sana kita di foto secara diam-diam. Begitu kita masuk gerbang, ternyata kita sudah di tunggui fotografer berjejer yang diam-diam memoto kita. Dan mereka menawarkan sebuah harga untuk foto kita yang bisa kita pilih. Jadi banyak banget tuh foto kita disana, padahal kita gak tau kalau di foto.”
Kaget dan bingung dengan cerita Pak Yono, karena aku sendiri belum pernah mendengar hal tersebut. Aku pun memberanikan diri untuk bertanya, “ Di suruh bayar berapa tuh pak?”
Pak Yono berpikir lama, lalu kemudian menjawab “Saya lupa berapa, kayaknya sih Rp 10.000”
Cukup kaget dengan harga yang di berikan oleh fotografer tersebut. Aku langsung membayangkan sehari ada 100 orang yang membeli foto dengan wajah mereka sendiri tanpa izin sebelumnya dengan harga Rp 10.000. Pasti lumayan sekali untuk mencari nafkah.
Anak Pak Yono akhirnya bertanya kepada saya, “Mas, sebenarnya menurut mas gimana tuh. Kita gak kasih izin mereka untuk foto wajah kita, tapi mereka menjual foto dengan wajah kita, apakah boleh?”
Aku cukup bingung untuk menjawab karena di satu pihak, aku pernah membaca tentang tulisan fotografer yang harusnya punya etika sebelum menekan tombol shutter, namun di pihak lain ternyata ada saja yang gak peduli dan tetap membeli foto tersebut. Dengan yakin, aku pun menjawab “Menurut aku sih harusnya gak boleh ya mas, kan gak sopan kalau main asal foto orang, gak semua orang kan mau di foto.”
Pak Yono tampaknya setuju dengan jawaban saya, dengan berseri-seri, ia menunjukkan foto istri dan anaknya di Ragunan yang ia beli dengan harga Rp 10.000 tersebut. Pak Yono gak ada di foto tersebut, karena ia ada di deretan belakang pintu masuk dan tidak tertangkap kamera. Kata Pak Yono, masih banyak foto lain yang ada Pak Yono-nya, tapi ia tidak beli. Pasti Pak Yono lebih mementingkan anak dan istrinya daripada ia sendiri, oleh karna itu ia lebih memilih dirinya gak ada di foto, daripada hanya fotonya sendiri saja. Aku gak berani tanya lebih lanjut.
Mataku terpana menatap lantai, melihat ternyata kaki Pak Yono ternyata tidak lengkap. Ia menggunakan seperti kaki palsu dengan bahan seperti manekin di kakinya untuk menopangnya berdiri dan berjalan. Hal ini cukup mengagetkan saya. Saya hanya diam terpana, tanpa mengucapkan sebuah kata, pikiran ku melayang membayangkan begitu besarnya semangat Pak Yono yang baru pindah ke Jakarta selama 1 tahun itu, mencari nafkah untuk keluarganya dengan kakinya yang tidak sempurna. Lamunanku terhenti.
Sebuah pertanyaan di tanyakan oleh Pak Yono setelah itu, tentang dukungan orangtuaku terhadap hobby fotografiku ini. Negatif. Itulah jawabku kepada Pak Yono. Ia pun cukup mengerti, tak banyak orangtua yang mengerti hobby anaknya, seperti musik katanya. Banyak orangtua melarang anaknya terjun lebih jauh di bidang musik.
Tak lama berselang, seorang laki-laki paruh baya datang ke toko Pak Yono. Ia bertelanjang dada dan tubuhnya sangat kurus. Kami berkenalan. Orang itu adalah Pak Haji Kokob. Pak Haji Kokob orangnya suka guyon dan ramah. Ia tinggal tepat di sebelah toko jahit Pak Yono. Seorang perokok berat tentunya, karena ia tidak bisa berhenti merokok sejak ia duduk di depan toko Pak Yono.
Pak Haji punya cara pandang modern dan dengan kejenakaannya, orang-orang suka bercerita kepadanya tentang masalah-masalah sehari-hari. Nyaman, itulah yang kurasakan ketika bercerita dan mendengar cerita Pak Haji.
Hari ini cukup menyenangkan, Pak Haji mengajakku main lagi kesana kalau sempat. Ya, tentu saja. Jawabku kepada Pak Haji.
Dengan wajah berseri-seri aku pamit dan pulang mengakhiri cerita hari ini :)


1 comment:

  1. wilsenn, ni julian,masi inget gak?haha
    ini foto dimana nih sen tukang taylornya kalo bole tau? gw lagi nyari2 tukang jahit banget, mau coba ke orgnya ini.hehe thank youu!:D

    ReplyDelete