
Hari ini aku mencari tempat hunting baru, wilayahnya berada di sekitar bantaran kali dekat Citra Garden 2, Kalideres , Jakarta Barat.
Meski tanpa persiapan yang matang dan masih bingung akan objek foto kali ini, aku melakukan observasi terlebih dahulu dengan mengelilingi kali tersebut, tak terduga aku melihat sekelompok orang yang sedang membuat kulit lumpia dan risol.
Aku menghentikan motor di samping jalan, dan mengamati mereka dari kejauhan. Dalam hati sangat ingin nyebrang ke sana untuk foto namun keberanian belum terkumpul.
Aku menimba-nimba cara pendekatan yang tepat agar boleh foto disana. Akses menuju kesana pun tergolong cukup berbahaya, hanya dengan jembatan bambu kecil yang terlihat rapuh.
Orang-orang di seberang melihatku dengan asing, heran mengapa aku mengamati mereka. Mau tidak mau aku harus gambling, aku menyalakan motor dan melewati jembatan tersebut.
Dengan tatapan curiga, mereka menyambut kedatanganku. Seorang pemuda tegap menanyakan tujuanku ke sana, aku hanya bilang untuk melihat-lihat saja, dan ia pun memperbolehkan. Di sana juga ada seorang wanita yang ku ajak ngobrol. Aku memberitahukan maksud kedatanganku untuk foto disana, berharap ia memperbolehkan. Ia pun dengan terbuka mempersilakanku foto disana, asal ia tidak ikut di foto juga. Cukup lega untungnya aku boleh foto, kalau tidak dengan terpaksa aku harus mencari tempat lain.
Masih dengan suasana yang agak asing, aku mulai untuk foto.
Pembuatan Kulit Risol dan Lumpia ini ternyata membutuhkan banyak orang, 1 kelompok yang memasak adonan tepung menjadi kulit lumpia dan sekelompok lainnya yang mengurus packaging kulit lumpia yang telah masak yang kemudian harus di pilah pilah dan kemudian dimasukkan dalam plastik.
Kerja sama yang baik dan semangat kerja yang tinggi terlihat dengan produktivitas kulit risol dan lumpia yang sangat tinggi. Aku cukup terkagum dengan kinerja mereka.
Setiap orang masing-masing aku ambil fotonya. Entah tau siapa nama mereka dan asal mereka.
Akhirnya pemuda tegap tadi mengajakku berbicara lagi, sembari melihat hasil foto yang kuambil.
Pak Yanto namanya, ia dulu adalah juragan pembuat tempe. Ia datang kesini untuk menemani wanita tadi yang kutebak adalah majikannya. Dengan jujur aku memberitahunya kekagumanku tentang kinerja orang-orang yang membuat kulit ini. Ia pun bercerita. Mereka mampu memproduksi 10 Bol atau 30 ribu kulit risol dan lumpia perhari dengan waktu kerja dari pukul 6 pagi sampai 12 malam. Tergantung pemesanan. Dan biasanya pesanan akan memuncak menjelang Lebaran seperti sekarang ini. Luar biasa sekali.
Setelah itu wanita yang tadi datang, aku bertanya kepadanya tentang banyaknya kulit risol dan lumpia yang mereka produksi. Produktivitas mereka ternyata menurun seiring dengan turunnya pesanan dari pasar. Hal ini disebabkan masalah ekonomi yang melanda dan krisis global. Padahal tahun lalu mereka memproduksi 25 Bol atau lebih dari 2x produksi tahun ini. Harga kulit risol dan lumpia tidak naik, namun harga bahan baku yang terus meningkat membuat mereka juga kewalahan,
Pak Yanto dan wanita itu pergi mengurus hal lain. Para pekerja pun akhirnya lebih terbuka untuk berkomunikasi denganku. Laki-laki yang memasak kulit ada 3 orang. Yang pertama bernama Bondan. Ia baru bekerja di sana selama 1 tahun. Dulu dia sempat bekerja di Karang Anyar, dengan seorang pemuda Cina yang mengajarkannya memasak tepung menjadi kulit risol dan lumpia tersebut. Bondan sangat mahir dalam memasak kulit, karna tidak semua pekerja di sana mampu memasak secepatnya. Yang kedua bernama Anto, ia duduk bersebrangan dengan Bondan. Lengannya bertato mirip seperti tokoh Angling Darma. Dan yang terakhir bernama Angga. Ia mengenakan kaos band ternama My Chemical Romance yang merupakan band favoritku. Angga hanya bicara sekali-sekali dan sangat fokus memasak kulit.
Dan seorang lagi bernama Rizky, Ia yang menaburkan tepung di atas kulit-kulit risol dan lumpia yang telah masak kemudian memindahkannya ke kelompok di sebelah untuk packaging. Tak heran banyak sekali tepung yang bertebaran di sekujur tubuhnya.
Ada seorang bapak yang bernama Sistam di bagian packaging, ia adalah seorang tuna rungu. Temannya yang memberitahukan ku saat aku bertanya kepadanya. Meski ia memiliki keterbatasan, teman-teman pekerja lain memperlakukannya dengan sangat baik. Ia juga seorang pekerja keras terlihat dari ketekunannya dalam memilah-milah kulit-kulit.
Di sebelah pak Sistam, ada seorang pemuda berambut ikal, yang bernama Donny. Darinya-lah aku mengetahui mereka semua berasal dari Jawa Tengah dan dari kampung yang sama pula.
Ada seorang pekerja wanita di antara mereka, ia bernama Bu Rini. Orangnya sangat pemalu dan menutup diri sehingga aku tidak bertanya apa-apa lagi kepadanya.
Dan yang terakhir bernama Randy, ia sangat murah senyum dan terlihat paling muda di antara mereka.
Mereka yang awalnya melihatku dengan asing akhirnya menerima kehadiranku, mau terbuka dan saling berbagi cerita.
Akhirnya aku harus pamit pulang. Donny menyodorkanku sekantong kulit risol dan lumpia yang sudah di bungkus untuk kubawa pulang. Aku kaget dan berniat untuk membayar, namun mereka bilang tidak usah, mereka menyuruhku untuk membawa pulang kulit tersebut sebagai oleh-oleh dari sana.
Saat perjalanan pulang, aku sangat senang sekali. Andai saja Indonesia ku mampu selalu seramah ini, tanpa perbedaan. Unity in Diversity.
Sebuah pelajaran yang sangat berharga yang kudapat hari ini.







NB : Foto ( Pak Yanto, Bondan, Anto, Angga, Rizky, Pak Sistam, Donny, Bu Rini, Randy )

No comments:
Post a Comment